Jumat, 25 Mei 2018

Apakah Senam Artistik Menghambat Pertumbuhan Tinggi Badan?

Apakah senam artistik membuat pertumbuhan tinggi badan terhambat? [Foto: Wikimedia Commons]
Banyak orang tidak ingin anak-anak mereka ikut senam artistik dengan alasan bahwa olahraga ini bisa membuat pertumbuhan tinggi badan mereka terhambat. Pandangan ini diduga muncul karena mereka kerap menyaksikan para juara Olimpiade di cabang olahraga ini memiliki ciri fisik yang hampir mirip satu sama lain: tubuh mereka sangat pendek (baik perempuan dan laki-laki). Kecemasan lainnya ialah bahwa mulai berlatih senam artistik sejak kecil juga bisa menghambat pubertas.

Kita tentu bertanya: apakah benar latihan senam artistik bisa memendekkan tubuh?

Sebagian anggapan ini sebetulnya muncul karena ada kesalahpahaman. Logikanya begini: bukan senam artistik yang membuat mereka menjadi pendek tetapi saat mengikuti senam artistik terjadi seleksi secara alami berdasarkan tinggi badan atlet masing-masing. Semakin pendek tubuh seorang atlet, semakin mudah ia melakukan beragam gerakan senam artistik. Maka dari itu, atlet senam yang bertubuh relatif tinggi kesulitan dan akhirnya tersingkir dengan sendirinya. Tak heran kita hanya menjumpai atlet-atlet senam artistik dengan tinggi tubuh sekitar 150-160an cm. Memang ada beberapa kasus pengecualian tetapi umumnya tinggi badan mereka memang sekitar itu.

Namun, selain itu ada juga banyak faktor lain yang bisa menentukan tinggi badan seorang atlet senam artistik. Berikut penjelasannya.

Durasi latihan 

Pesenam elit sering sudah mulai dilatih secara intensif sejak usia sangat muda. Bahkan jika dibandingkan cabang olahraga lain, senam terbilang sangat dini. Pesenam muda mulai berlatih sebelum pubertas. Sementara itu, para atlet di cabang olahraga seperti tenis, atletik, renang mulai latihan secara intensif setelah pubertas. 

Rata-rata usia pesenam putra mulai masuk masa latihan intensif sejak usia 11,5 tahun dan untuk putri malah lebih muda lagi: 10,5 tahun. Para pesenam pemenang Olimpiade bahkan mulai jauh lebih awal dari rata-rata. Ambil contoh Johnathan Horton (5 tahun), Shawn Johnson (3 tahun), Li Xiaopeng (6 tahun), Yang Wei (5 tahun). Bandingkan dengan perenang Michael Phelps (11 tahun), Usain Bolt (SMA), Lance Armstrong (12 tahun), Pele (15 tahun).

Lemak tubuh

Pesenam elit biasanya memiliki kadar lemak tubuh yang sangat rendah, bahkan sampai single digit. Dengan kata lain, massa otot mereka lebih dominan. Kalau dalam istilah kita, sangat 'kering'. 

Masalahnya saat seorang anak memiliki kadar lemak tubuh yang terlalu rendah, tubuh mereka memberi reaksi dengan menunda pertumbuhan fisik.

Kenapa?

Karena lemak normalnya memproduksi hormon leptin yang populer disebut hormon 'kepuasan'. Ia muncul dalam tubuh jika kita merasa kenyang. Leptin juga memberi sinyal pada kelenjar hipotalamus dalam otak manusia mengenai kadar lemak dalam badan seseorang. Saat seorang anak kekurangan lemak, pertumbuhan mereka 'ditunda'.

Tulang

Pertumbuhan tulang yang agak terhambat memang mungkin saja bisa terjadi saat seseorang mulai berlatih senam sejak usia belia dengan intensitas latihan yang tergolong terlalu tinggi dan biasa ditemui dalam dunia senam artistik untuk tujuan kompetisi.

Setiap tulang memiliki cakram pertumbuhan yang bisa terpengaruh oleh hormon dan hal-hal lain misalnya kompresi yang berulang yang bisa diakibatkan gerakan senam yang repetitif.

Namun, jika latihan senam itu memiliki intensitas yang moderat, bisa jadi dampaknya pada pertumbuhan tulang juga tidak sebesar yang diduga. Makin dini seorang anak mulai latihan senam, makin besar dampaknya pada pertumbuhan tulang.

Simpulan

Jadi, jika Anda sudah dewasa [baca: lewat periode pubertas] dan ingin mencoba Fitartistic yang memiliki kemiripan dengan senam artistik ini, tidak ada kecemasan lagi soal tinggi badan karena potensi pertumbuhan tinggi badan Anda sudah mencapai titik maksimal. Justru, inilah saatnya Anda bisa berlatih dengan lebih lepas, tanpa cemas dengan tinggi badan lagi.

Namun, jika Anda ingin mengikutsertakan anak-anak Anda dalam senam artistik/ Fitartistic, ketahuilah bahwa efek senam artistik pada pertumbuhan mereka MUSTAHIL diprediksi secara pasti dan bergantung pada banyak sekali faktor, misalnya genetik, durasi dan intensitas latihan senam artistik, banyaknya cedera selama latihan, dan sebagainya. Intinya setiap anak memiliki pertumbuhan yang UNIK sehingga tidak bisa disamakan persis. Akan tetapi, bila memang belum yakin, silakan berkonsultasi pada dokter anak sehingga pertumbuhan mereka bisa dipantau agar pertumbuhan berat dan tinggi badan mereka bisa lebih maksimal. (*/Akhlis)

Jumat, 18 Mei 2018

Mungkinkah Mulai Gymnastics di Usia Dewasa?

Yuri van Gelder di ring tahun 2008. Mungkinkah mulai berlatih senam artistik di usia 20-an? Jawabannya tergantung jenis kelamin. [Foto: Wikimedia Commons]
Mulai berlatih senam artistik/ Fitartistic tidak terkendala oleh usia seseorang. Anda bisa memulai berlatih kapan saja untuk memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh dan pikiran secara umum.

Hanya saja tentu akan berbeda jika tujuan utama Anda menekuni senam artistik adalah untuk memenangkan kompetisi tertentu. Dalam kasus yang sangat terbatas, pesenam artistik bisa berhasil memenangkan perlombaan meskipun baru memulai berlatih secara serius di usia 20-an.

Yang patut digarisbawahi ialah ketrampilan senam artistik merupakan kemampuan yang biasanya sudah ada secara alami dalam diri seseorang. Dengan kata lain, seseorang yang sudah memiliki bakat alami akan lebih cepat mencapai tujuan untuk menguasai gerakan-gerakan senam artistik yang menantang. Latihan senam artistik sangat membantu membentuk kemampuan tubuh seseorang tak hanya selama masa mudanya tetapi juga sampai akhir hayat (dengan catatan ia terus berlatih sesuai kondisi kebugarannya).

Kembali ke pertanyaan, apakah seseorang bisa mulai belajar gymnastics setelah mencapai usia 20-an? 

BISA SAJA. Namun, pada usia tersebut lazimnya kemampuan tubuh manusia sudah mulai mapan sehingga seringkali sudah lebih sulit untuk belajar beragam gerakan senam artistik. Jika bisa pun, seseorang harus meluangkan lebih banyak waktu agar bisa belajar mengejar ketertinggalannya. Dengan kata lain, mungkin saja kita mulai belajar di usia dewasa asal bukan untuk menjadi pesenam elit [baca: menjadi juara Olimpiade atau Asian Games atau lomba sejenisnya].

Untuk kaum pria, ada kabar baik. Memulai terlambat masih bisa sedikit ditolerir bahkan jika tujuan berlatihnya untuk kompetisi. Alasannya karena para pria [asalkan bugar, sehat dan sudah rutin berolahraga] meskipun sudah lewat usia 20-an secara fisik lebih cocok dan siap untuk menghadapi rutinitas latihan senam artistik.

Untuk perempuan, peluangnya lebih kecil karena tubuh wanita jauh lebih sulit dilatih bila sudah melewati pubertas. Kita bisa amati bahwa usia emas para pesenam putri adalah masa remaja dan begitu mulai memasuki masa dewasa awal (20-an) performa mereka menurun seiring berjalannya waktu.

Hal ini berbeda dengan para pesenam putra yang usia emasnya justru di pertengahan 20-an atau lepas masa pubertas. Jadi, jika seorang remaja pria sudah memiliki bakat dalam senam artistik dan ia kemudian baru berlatih secara serius di usia 19-20an, di pertengahan 20-an ia masih memiliki peluang untuk mengejar ketertinggalannya dengan rekan-rekannya yang sudah mulai lebih dini.

Untuk pesenam putri, mulai berlatih di usia 20-an bisa saja namun sudah tidak realistis jika tujuannya untuk kompetisi. Para pesenam putri dilatih dari balita dan berhenti berkompetisi di usia awal 20-an karena di usia itulah tubuh mereka sudah mulai kurang mendukung gerakan-gerakan yang sulit.

Ada pengecualian memang seperti kasus Oksana Chusovitina yang masih bertanding di Olimpiade dan menang di usia 40-an tetapi patut dicamkan bahwa ia sudah mulai berlatih sebelum usia 20-an. Selain itu, ia juga menggantungkan hidupnya pada senam. Anak kandungnya sedang sakit parah sehingga ia terpaksa harus bertanding agar perawatan anaknya tetap bisa berjalan.(*/Akhlis)

Jumat, 11 Mei 2018

Tips untuk Menguasai Split

BAGAIMANA saya bisa melakukan split dengan lebih mudah?

Mungkin begitu pertanyaan yang tersimpan dalam kepala Anda tiap kali melihat pesenam yang terlihat tanpa banyak usaha bisa membentangkan kedua kaki mereka dengan leluasa ke kedua arah berlawanan.

Jangan khawatir, ada kiat-kiat khususnya. Syaratnya cuma satu: RAJIN MELAKUKANNYA TIAP HARI. Apalagi jika Anda merasa memiliki sifat anatomis bawaan yang kaku.

Langsung saja, untuk bisa melakukan split dengan mudah, Anda memerlukan sendi dan otot-otot pinggul, kaki dan hamstring yang panjang dan lentur. Semua itu dikombinasikan dengan latihan yang teratur.

Tiap hari lakukan latihan-latihan berikut ini. Sebelum memulai ketahuilah bahwa jika terasa sakit selama melakukan latihan ini, jangan memaksakan diri. Bersabarlah untuk melakukannya beberapa hari berikutnya setelah rasa sakit berkurang dan cobalah lagi jika memang dirasa sudah tidak sakit lagi.

Latihan 1: Melenturkan otot

Regangkan otot-otot di tubuh bagian bawah untuk bisa menjadi lebih lincah. Itulah intinya. Peregangan apapun yang melenturkan otot-otot di sekitar pinggul, kaki dan hamstring akan amat membantu Anda. 

Lakukan lunge lebih dalam dari yang diperagakan di foto. Caranya dengan meletakkan punggung kaki ke lantai dan menurunkan tubuh serendah mungkin dengan tetap menjaga lutut depan offside alias tidak melampaui telapak kaki. [Foto: Wikimedia Commons]

Peregangan dengan lunge

Letakkan satu kaki di depan dan yang lain lurus ke belakang sejauh mungkin dengan ujung jari kaki selurus mungkin ke belakang. Tekuk lutut kaki depan dengan sudut 90 derajat. Geser berat tubuh ke depan dengan kedua lengan di samping badan. Pastikan punggung Anda tetap lurus. Anda bisa merasakan peregangan di sepanjang otot-otot pinggul. Tahan posisi lunge ini selama 20-30 detik dan ulangi kembali untuk kaki yang lain.  

Peregangan untuk kaki

Berbaring terlentang dan luruskan kedua kaki. Angkat satu kaki selurus mungkin ke atas. Coba pegang jari kaki dengan kedua tangan dengan punggung tetap di lantai. Anda akan rasakan otot-otot kaki tertarik dan memanjang. Tahan posisi ini selama 20-30 detik dan ulangi untuk kaki lainnya. 

Peregangan berdiri

Posisi ini selangkah menuju split. Berdirilah di depan sebuah meja dan letakkan satu kaki di atas meja itu sementara kaki lainnya tegak berdiri di sebelah meja itu. Seperti sebelumnya, tahan posisi ini selama 20-30 detik dan ulangi untuk kaki lainnya. 

Latihan 2: Split

Jika tubuh bawah Anda terasa lebih lentur, kini saatnya mencoba latihan bagian dua. Bila merasa belum lentur benar, ulangi latihan pertama di atas.

Sekarang, duduklah di lantai, panjangkan satu kaki ke depan, dan perlahan tekan pinggul ke lantai sampai benar-benar serendah mungkin yang Anda bisa. Letakkan kedua tangan di samping pinggul untuk menopang tubuh. 

Lakukan perlahan dan terkendali agar tidak cedera. 

Satu saran lagi: lakukan dengan ujung jari kaki dalam posisi meruncing ke depan (pointing, layaknya balerina) karena ini yang biasanya dipakai dalam senam artistik dan Fitartistic.Tegakkan punggung, jangan membungkuk. Selamat Anda sudah bisa split dengan baik!

Saran lainnya ialah berlatihlah dengan pelatih profesional yang memiliki pengetahuan dan pengalaman memadai agar mengurangi risiko cedera. (*/Akhlis)
Untuk cara split dalam senam artistik, mirip dengan yoga tetapi dengan telapak kaki dalam posisi pointing, runcing ke depan seperti pebalet [bukan flexing seperti di sini]. (Foto: Wikimedia Commons) 









Selasa, 17 April 2018

Mengenal Lebih Dekat JONATHAN SIANTURI



SOSOK Jonathan Mangiring Sianturi sudah dikenal luas dalam dunia senam Indonesia. Pria kelahiran Jakarta tahun 1972 ini termasuk salah satu dari deretan atlet negeri ini yang diberikan penghargaan oleh pemerintah [Kemenpora] atas sumbangsih mereka dalam dunia olahraga tanah air.
Beliau selalu meraih medali emas pada ajang SEA Games [sejak tahun 1985 sampai 2001], kecuali pada SEA Games tahun 1985 dan 1991, yang disebabkan karena dirundung cedera pada tulang fibula kirinya [tulang yang ukurannya lebih kecil dari tulang kering di betis]. Akibatnya ia hanya meraih perunggu.

Sebagai atlet, dedikasi dan semangatnya memang belum tertandingi. Jonathan dapat dikatakan seorang atlet senam yang piawai di semua nomor senam yang digelar, dari nomor lantai, gelang-gelang, kuda pelana sampai palang tunggal. Di SEA Games 1997, Jonathan yang sedang didera cedera masih sanggup mempersembahkan lima medali emas. Di masa puncak prestasinya, ia harus rela kehilangan ayah tercinta juga. Alih-alih terpuruk, Jonathan memilih untuk bangkit dan berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara. Sepanjang kariernya, Jonathan tercatat sudah meraup 26 medali emas PON, 14 medali emas SEA Games dan 2 medali emas Commonwealth Games.

Kariernya sebagai atlet berakhir tahun 2004 dan saat itu juga anak dari pasangan alm. Oloan dan Samaria Sianturi ini memutuskan menjadi pelatih senam putra dan terlibat aktif sebagai pengurus dalam organisasi senam nasional: Persatuan Senam Indonesia (PERSANI). Ini menjadi bentuk loyalitasnya pada olahraga yang membesarkan namanya sampai seperti sekarang ini.

Jonathan memiliki tiga orang anak. Dua anak laki-lakinya Calvin (sulung) dan Joseph (bungsu) mengikuti jejak sang ayah menjadi atlet. Calvin yang meskipun sekarang sudah tidak menekuni senam secara penuh waktu juga masih ikut melatih. Joseph masih terus berlatih di sela kesibukannya sebagai pelajar sekolah menengah. Sementara itu, anak keduanya yang perempuan Lidya terjun sebagai atlet senam ritmik putri.

Sekarang Jonathan masih rajin melatih dan berlatih di tempatnya dahulu berkenalan dengan senam pertama kali, Gedung Senam di jalan Raden Inten, Duren Sawit, Jaktim. Tak jarang ia menjadi sparring partner dalam berlatih bersama atlet senam yang sedang dibinanya, seperti Trisna Ramdhani. Maka jangan heran melihatnya masih bugar dan lincah di usia yang mendekati setengah abad. Tidak terbersit dalam benaknya untuk berhenti senam karena bosan atau merasa puas. Konsistensi dan disiplinnya membuat anak-anak muda pun belum tentu bisa mengalahkannya dalam mengeksekusi gerakan-gerakan senam artistik yang sangat menantang. Bisa jadi karena ia terinspirasi oleh seorang atlet senam gaek dari mancanegara yang dahulu ia pernah lihat tetap rajin berlatih meski sudah lewat usia keemasan. (/*)

Senin, 16 April 2018

Mengenal GYMNASTICS FOR FELLOWS


Apa itu Gymnastics for Fellows?

Gymnastics for Fellows merupakan olahraga gymnastics yang diperuntukkan bagi orang dewasa.  Karena sebagaimana kita ketahui, gymnastics ialah olahraga prestasi yang mengharuskan pesertanya berlatih secara disiplin sejak usia belia.

Gymnastics for Fellows berbeda dalam hal bahwa semua orang meski sudah dewasa masih bisa ikut. Cara latihannya akan dibedakan tentunya karena melatih anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Secara singkat, kelas ini ditujukan agar lebih banyak orang menjadi bugar dan sehat tetapi juga tanpa mengabaikan faktor keamanan, sehingga relatif bebas dari cedera.


Siapa pelatihnya?

Pengalaman pelatih tentunya sangat berperan dalam menentukan keyakinan kita untuk memilih sebuah latihan. Nah, di kelas ini para peserta akan dipandu oleh coach Jonathan Sianturi. Bagi yang belum mengenal beliau, Jonathan telah mengenal dan berlatih artistic gymnastics sejak 40 tahun lalu sehingga pengalamannya dalam melatih tentu sudah tidak diragukan lagi. Prestasinya sudah mencapai tingkat nasional dan internasional, yakni 26 medali emas PON, 14 medali emas di South East Asian Games (Asia Tenggara), dan 2 medali emas di Commonwealth Games [baca selengkapnya profil Jonathan di Kompas.com].

Bersama Jonathan, akan ada atlet senam artistik putra Trisna Ramdhani yang akan mendampingi melatih. Tentang kiprah mereka berdua, Anda bisa klik liputan Net TV di sini dan di sini atau tentang skills Jonathan di sini.


Apakah anak-anak bisa ikut?

Kelas ini dikhususkan untuk orang dewasa saja [di atas 17 tahun]. Untuk Anda yang ingin mengikutsertakan anak-anak untuk belajar senam, disarankan mendaftar di Jonathan Gymnastics Club (JGC). Jadwal latihannya [baik yang putra maupun putri] ialah Selasa pukul 15.30, Kamis 15.30 dan Sabtu 08.00. Untuk informasi lebih lanjut, silakan ikuti akun Instagram JGC di @jgc_official.


Bagaimana saya bisa ikut kelas Gymnastics for Fellows?

Langsung datang untuk berlatih tiap Sabtu pukul 12.00-14.00 di Gedung Senam Jl. Raden Inten, Duren Sawit, Buaran, Jakarta Timur [seberang Wisma Atlet].

Bagi Anda yang ingin naik kereta komuter, bisa turun di Stasiun BUARAN lalu naik angkot nomor 22 dan turun langsung di Gedung Senam [setelah KFC].

Bingung lokasinya? Cek saja di Google Maps ini.


Berapa investasinya?

Untuk biaya per kelas (120 menit) Rp120.000.

Sampai jumpa di matras!

Latihan Gymnastics Selama Pandemi

Di masa PSBB akibat pandemi tahun ini, kami masih mengalami kendala untuk mengadakan latihan.  Gedung Senam ditutup sementara waktu. Namun, ...