Selasa, 17 April 2018

Mengenal Lebih Dekat JONATHAN SIANTURI



SOSOK Jonathan Mangiring Sianturi sudah dikenal luas dalam dunia senam Indonesia. Pria kelahiran Jakarta tahun 1972 ini termasuk salah satu dari deretan atlet negeri ini yang diberikan penghargaan oleh pemerintah [Kemenpora] atas sumbangsih mereka dalam dunia olahraga tanah air.
Beliau selalu meraih medali emas pada ajang SEA Games [sejak tahun 1985 sampai 2001], kecuali pada SEA Games tahun 1985 dan 1991, yang disebabkan karena dirundung cedera pada tulang fibula kirinya [tulang yang ukurannya lebih kecil dari tulang kering di betis]. Akibatnya ia hanya meraih perunggu.

Sebagai atlet, dedikasi dan semangatnya memang belum tertandingi. Jonathan dapat dikatakan seorang atlet senam yang piawai di semua nomor senam yang digelar, dari nomor lantai, gelang-gelang, kuda pelana sampai palang tunggal. Di SEA Games 1997, Jonathan yang sedang didera cedera masih sanggup mempersembahkan lima medali emas. Di masa puncak prestasinya, ia harus rela kehilangan ayah tercinta juga. Alih-alih terpuruk, Jonathan memilih untuk bangkit dan berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara. Sepanjang kariernya, Jonathan tercatat sudah meraup 26 medali emas PON, 14 medali emas SEA Games dan 2 medali emas Commonwealth Games.

Kariernya sebagai atlet berakhir tahun 2004 dan saat itu juga anak dari pasangan alm. Oloan dan Samaria Sianturi ini memutuskan menjadi pelatih senam putra dan terlibat aktif sebagai pengurus dalam organisasi senam nasional: Persatuan Senam Indonesia (PERSANI). Ini menjadi bentuk loyalitasnya pada olahraga yang membesarkan namanya sampai seperti sekarang ini.

Jonathan memiliki tiga orang anak. Dua anak laki-lakinya Calvin (sulung) dan Joseph (bungsu) mengikuti jejak sang ayah menjadi atlet. Calvin yang meskipun sekarang sudah tidak menekuni senam secara penuh waktu juga masih ikut melatih. Joseph masih terus berlatih di sela kesibukannya sebagai pelajar sekolah menengah. Sementara itu, anak keduanya yang perempuan Lidya terjun sebagai atlet senam ritmik putri.

Sekarang Jonathan masih rajin melatih dan berlatih di tempatnya dahulu berkenalan dengan senam pertama kali, Gedung Senam di jalan Raden Inten, Duren Sawit, Jaktim. Tak jarang ia menjadi sparring partner dalam berlatih bersama atlet senam yang sedang dibinanya, seperti Trisna Ramdhani. Maka jangan heran melihatnya masih bugar dan lincah di usia yang mendekati setengah abad. Tidak terbersit dalam benaknya untuk berhenti senam karena bosan atau merasa puas. Konsistensi dan disiplinnya membuat anak-anak muda pun belum tentu bisa mengalahkannya dalam mengeksekusi gerakan-gerakan senam artistik yang sangat menantang. Bisa jadi karena ia terinspirasi oleh seorang atlet senam gaek dari mancanegara yang dahulu ia pernah lihat tetap rajin berlatih meski sudah lewat usia keemasan. (/*)

Latihan Gymnastics Selama Pandemi

Di masa PSBB akibat pandemi tahun ini, kami masih mengalami kendala untuk mengadakan latihan.  Gedung Senam ditutup sementara waktu. Namun, ...